Bab 2#1
Kesanku di Bumi Laskar Pelangi
Terlihat
salah satu kaki keluar dari mobil BMW putih. Parkir tepat berada di terminal B
bandara Soekarno Hatta. Langkah kaki satunya pun keluar untuk menyempurnakan
kedua kakinya menyentuh lantai bandara. Ia terlihat bagai seorang pangeran
keluar dari kereta kencana. Ia menggunakan sepatu Casual dengan menggunakan suede
import bermerekkan Salmon
berwarna hitam. Pakaiannya kaos Polo
hitam. Celana jeans Red Stone hitam. Ditambah jaket Machupicchu putih. Dan ornamen gelang
putih ditangan kirinya. Serta jam tangan John
Paul hitam ditangan kanannya. Sosok pria muda pantas dan layak
keluar
dari mobil mewah sekaliber BMW VEHICLES.
“Pak
tolong angkat koper saya. ”Perintah pemuda itu.
“Baik
den Fatih.”
Terlihat
dimatanya suasana hilir mudik semua penumpang penerbangan. Mereka bagai para
musafir yang akan meninggalkan daerah sementara mereka. Tanpa sekalipun
memikirkan orang-orang disekitarnya dan hanya memikirkan diri mereka sendiri.
Fatih beranjak dari tempat berdirinya dengan didampingi supirnya yang mengikuti
tepat di belakangnya.
“Letakkan
disini saja Pak.”
“Baik
den. Den sudah siap mau berangkat?”
“Ia
pak. Tolong jaga mobil saya, jangan ada satu pun yang berani menyentuhnya.
Kalau tidak bapak saya pecat!”dengan nada tegas.
“Ba
....ik den selama aden
pergi bapak akan menjaga semua milik aden.” Jawab supir dengan tertunduk hingga
rambut yang mulai memutih itu semakin terlihat tanda pengabdiannya sudah sekian
lama.
“Bagus
kalau begitu! Fatih pergi dulu.”
Ia
mengurus semua administrasi keberangkatan. Dan ia menunggu di ruang tunggu B2
dengan penerbangan Jakarta-Pangkalpinang. Pukul 10.00
wib pesawat itu dijadwalkan akan berangkat.
Sambil
menunggu. Fatih mengeluarkan tablet yang ada di dalam tas ranselnya. Ia mulai
berfantasi di dunia
maya. Karena itu merupakan kebiasaannya setiap hari. Dibukalah jejaring sosial
miliknya. Sambil membuat pesan untuk kekasihnya.
”Sayang, kamu tak apa” kan, aku tinggal sebentar?. aku
akan
selalu merindukanmu
dan menempatkan namamu di hatiku. Aku tau ini sangat berat
bagimu. Tapi aku
janji tak perlu akan
selalu menghubungimu.”
“Ia.... jangan
lupa jaga kondisinya. Makan juga jangan telat. Aku juga akan selalu
memikirkannmu. TTDJ ya, kalau sudah
sampai segera hubungi aku.”
“Makasih ya.”Dengan
seyuman ia membalasnya.
Fatih
melanjutkan berselancar didunia maya. Setelah membalas pesan kekasihnya. Perempuan
yang ia panggil sayang adalah pacarnya. Gadis berdarah asli “sunda” kota Bandung itu
merupakan seorang mahasiswi di Binus jurusan Arsitektur. Gadis yang mengikat hatinya
karena kecantikan, kecerdasan, dan tidak lupa sama-sama keturunan darah biru.
Membuat jenjang strata sama dengan dirinya. Itulah yang membuatnya terpikat
akan karisma gadis
itu. Walau pun antara dirinya berbeda usia cukup jauh. Pacarnya yang seorang
mahasiswi semester 3 itu berumur 20 tahun. Sedangkan ia baru menginjak 17 tahun
minggu kemarin. Tapi itulah cinta tidak memandang usia. Gadis itu bernama Syafina.
Dring.....dring, getaran HP dari
tanganya.
“Halo ada apa sih lu Ryan nelpon gua!?”
“Lah Fatih lu kok galak baget sih,
gue ada masalah nih.”
“Masalah apalagi! Pasti masalah
perempuankan. Bukannya itu sudah hal yang biasa bagi lu.”
“Masalahnya bukan gitu lu tau kan
Karina?”
“Ia gua tau!”
“Dia hamil!?”
“Apa halim?”
“Hamil bukan halim, gimana si lu.”
“Justru lu yang gimana, bukannya ini
sudah biasa bagi lu gonta ganti cewek dan lu juga sudah sering ML kan. Makannya
gua biasa aja dengernya.” Jelasnya dengan nada tenang.
“Justru itu yang ini beda! si Karina ingin gua
mempertanggung jawabkannya, padahal dia gak kenapa-kenapa. Gimana dong, lu tau kan kalau gue
deketin dan macarin mereka
hanya untuk main-main aja.”
“Ya gua tau, siapa sih yang gak tau
lu. Ya udah biasanya juga lu cari pacar baru dan lupain tuh dia. Gitu kan! Gaya
lho.”
“Bener juga kata lu sip lah memang
enak hidup di negeri yang mengagung-agungkan kebebasan ditambah perlindungan
hukum dari HAM, hanya kasih tau kalau ini atas rasa suka sama suka jadi selesai
deh perkara gua. Ok lah gua off dulu ya.”sambil menutup telponnya.
Dasar Ryan, selalu dapet mangsa
terus tuh anak. Memang temen gua yang satu ini dikasih kelebihan ketanpanan
yang siapa saja melihatnnya pasti terpesona akan karismatiknya. Tapi begini nih
kalau keasyikan. Sudah berapa banyak ya
cewek yang sudah ia gauli, jadi lupa gua.
Gua kok jadi rindu ya sama clubing, bertemu geng-geng gua disana
apalagi sama pacar gua. Ya walaupan gak separah Ryan, gua masih punya hati tapi
lumayan menghilangkan kesendirian gua.
*
* *
Posting Komentar