"Kami
telah mencoba memutus rantai, kami juga mencoba melepaskan rantai dari ikatannya. Tapi tak satu pun
usaha kami berhasil. Bahkan banyak pasukan kita yang syahid kerenanya."
Kemudian Sultan
pun berpikir. Di saat kondisi mental pasukan mulai turun. Dan disaat itulah
dibalik tembok-tembok
Konstantin terdengar mental para pasukan mereka yang semakin kuat diselimuti
rasa kesombongan.
Terlontar
sebuah perkataan yang sungguh tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan. Sebuah
keputusan yang sangat fenomenal.
Keputusan yang menjadi sebuah pendobrak semua
kelemahan pasukannya,
yang
tidak memiliki keyakinan, bahwa mereka bisa menaklukkan kota itu.
Dan keputusan ini juga yang membuat mental pasukan dibalik kota itu bergetar. Yang sebelumnnya perasaan mereka ditutupi kabut keangkuhan dan kesombongan. Berubah menjadi kekhawatiran yang membayangi mereka.
Dan keputusan ini juga yang membuat mental pasukan dibalik kota itu bergetar. Yang sebelumnnya perasaan mereka ditutupi kabut keangkuhan dan kesombongan. Berubah menjadi kekhawatiran yang membayangi mereka.
"Wahai
Sultan kalau boleh tau apakah keputusan itu?" tanya pasukannya yang masih
diselimuti perasaan lemah, tapi
berharap akan keputusan ini.”
"Kita
punya kapal, kapal ini akan kita labuhkan diatas Bukit
Galata.
Setelah itu kita bariskan satu-persatu kapal di perairan Selat Tanduk dan itulah
rencanya."
"Wahai
Sultan! Apakah engkau yakin?"
"Ia"
"Wahai
Sultan itu adalah sebuah bukit!?”
"Ia
saya tau itu sebuah bukit, jika kalian tidak pernah memikirkan dan membayangkan
itu, maka mereka juga tidak akan mungkin memikirkan hal itu."
Akhirnya semua
pasukan dikumpulkan yang
dibagi menjadi dua. Dan pada malam itu mereka semua
mengankut kapal-kapal perang mereka. Satu-persatu semua kapal berlayar di atas Bukit Galata.
Menyebrangkannya dari Selat
Bosporus ke
selat tanduk. Dan semua itu dilakukan dalam tempo waktu satu malam. Dengan jumlah
yang dilabuhkan sebanyak 70 kapal perang.
Dibalik
tembok raksasa itu.
Terdengar suara-suara takbir dari Bukit Galata.
Mereka berlari ke menara yang paling tinggi. Dan melihat sebuah fenomena yang
tidak pernah mereka bayangkan. Dan ini merupakan sebuah “horor”. Bahwa kota ini
sebentar lagi akan ditaklukkan.
Seluruh
pasukan dan masyarakat kota itu menjadi gemetar. Akan terancamnya nasib
mereka
yang muncul dibalik daratan yang diubah menjadi lautan. Mental pasukan mereka
pun menjadi ciut, melihat fenomena seperti itu. Dan berharap ini adalah sebuah
mimpi. Tapi ini semua adalah kenyataan.
Ketika
para pasukan kota itu mentalnya
mulai turun. Dan pada saat itu juga para pasukam sultan
sangat
bersemangat. Mereka terus menggempur serangan. Mengerahkan segala cara. Menggunakan
semua strategi-strategi perang. Membuat ketar-ketir pasukan musuh.
Hingga
pada saat itu Sultan pun menyadari
bahwa mereka sebentar lagi akan memenangkan pertempuran ini. Ia pun
memerintahkan semua pasukan untuk menghentikan serangannya.
Dan
semua pasukan diminta untuk berpuasa esok harinya, membaca qur'an, shalat
tahajud dan terus munajat kepada
Allah. Memohon pertolongan. Kerana Sultan menyadari bahwa untuk menaklukkan kota itu tidak
cukup dengan strategi-strategi perang. Tapi atas do'a dan usaha mereka.
Ketika
semua pasukan hanyut dalam suasana ketaatan yang luar
biasa.
Suasana syahdu yang menyelimuti, bagai makaikat yang mengitari mereka kala itu
membungkus perasaan-perasaan mereka menjadi tenang.
Begitu luar biasa kepasrahan para pasukan, yang sejatinya mereka adalah pasukan
yang kuat. Tapi mereka tetap menjadikan diri mereka lemah dihadapan Allah.
"Wahai
perajurit-prajurit Allah! Semuanya berkumpul!"
"Ada
yang ingin saya sampaikan sebelum kita menyerang kota itu. "
Sang
Sultan memberikan khutbah. Khutbah
yang mampu membakar semangat para pasukan.
Khutbah yang masih diingat sampai kapan pun karena getaran semangat yang
terucap dari lisan sang penakluk, yang merindukan akan
janji dari sebuah bisyaroh yang terpancar dalam semua
aktifitasnya.
"Jika
penaklukkan kota Konstantinopel sukses,
maka sabda Rosulluah
SAW telah menjadi kenyataan
dan salah satu dari
mukjizatnya telah terbukti,
maka kita akan
mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini,
berupa kemulian dan
penghargaan.
Oleh karena itu, sampaikanlah
pada para pasukan satu persatu,
bahwa kemenangan besar
yang akan kita capai ini,
akan menambah
ketinggian dan kemulian Islam.
Untuk itu, wajib bagi
setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya
dan jangan sampai ada
diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini.
Hendaknya mereka tidak menghancurkan
tempat-tempat
peribadatan dan gereja-gereja.
Hendaknya mereka jangan
mengganggu para pendeta
dan orang-orang lemah
tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran."
Seluruh pasukan,
besiap-siap untuk melakukan penyerangan terakhir. Mereka kerahkan semua tenaga.
Mereka kerahkan semua pasukan. Semua pemanah dan penembak pun dikerahkan dengan
kemampuan terbaik.
Inilah
penyerangan terakhir dari mereka. Dengan pekikkan takbir "Allahuakbar"
hampir menghujani semua pasukan yang bertabur kobaran semangat ketaatan.
Dan
ketika Sang mentari belum
keluar dari ufuk timur. Mereka sudah masuk ke dalam kota itu. Dan mampu menaklukkan kota bersejarah itu. Akhirnya semua
penantian panjang, pengorbanan begitu besar, mempertaruhkan jiwa dan raga. Semua
itu telah terbayarkan dengan takluknya
kota
itu dan bisyaroh itu pun telah
terbukti ditangannya sebagai “Panglima Terbaik” .
*
* *
Posting Komentar