Nafsiyah: Baca dan Amalkanlah Selalu Isi al-Quran Foto Acara Ramah Tamah Tokoh dan Ulama Pasca MK 2013 Babel Foto Bareng Laskar Babel dengan panitia Muktamar Khilafah 2013 GBK Galeri Foto Muktamar Khilafah 2013 Bangka Belitung Biografi Singkat Amir HIZBUT TAHRIR
Home » » Menjemput Bidadari Surga Overture #2

Menjemput Bidadari Surga Overture #2

Penulis : Unknown on Rabu, 08 Mei 2013 | 22.24



"Kami telah mencoba memutus rantai, kami juga mencoba melepaskan rantai dari ikatannya. Tapi tak satu pun usaha kami berhasil. Bahkan banyak pasukan kita yang syahid kerenanya."
Kemudian Sultan pun berpikir. Di saat kondisi mental pasukan mulai turun. Dan disaat itulah dibalik tembok-tembok Konstantin terdengar mental para pasukan mereka yang semakin kuat diselimuti rasa kesombongan.
Terlontar sebuah perkataan yang sungguh tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan. Sebuah keputusan yang sangat fenomenal. Keputusan yang menjadi sebuah pendobrak semua kelemahan pasukannya, yang tidak memiliki keyakinan, bahwa mereka bisa menaklukkan kota itu.
Dan keputusan ini juga yang membuat mental pasukan dibalik kota itu bergetar. Yang sebelumnnya perasaan mereka ditutupi kabut keangkuhan dan kesombongan. Berubah menjadi kekhawatiran yang membayangi mereka.


"Wahai Sultan kalau boleh tau apakah keputusan itu?" tanya pasukannya yang masih diselimuti perasaan lemah, tapi berharap akan keputusan ini.”
"Kita punya kapal, kapal ini akan kita labuhkan diatas Bukit Galata. Setelah itu kita bariskan satu-persatu kapal di perairan Selat Tanduk dan itulah rencanya."
"Wahai Sultan! Apakah engkau yakin?"
"Ia"
"Wahai Sultan itu adalah sebuah bukit!?”
"Ia saya tau itu sebuah bukit, jika kalian tidak pernah memikirkan dan membayangkan itu, maka mereka juga tidak akan mungkin memikirkan hal itu."
Akhirnya  semua pasukan dikumpulkan yang dibagi menjadi dua. Dan pada malam itu mereka semua mengankut kapal-kapal perang mereka. Satu-persatu semua kapal berlayar di atas Bukit Galata. Menyebrangkannya dari Selat Bosporus ke selat tanduk. Dan semua itu dilakukan dalam tempo waktu satu malam. Dengan jumlah yang dilabuhkan sebanyak 70 kapal perang.
Dibalik tembok raksasa itu. Terdengar suara-suara takbir dari Bukit Galata. Mereka berlari ke menara yang paling tinggi. Dan melihat sebuah fenomena yang tidak pernah mereka bayangkan. Dan ini merupakan sebuah horor. Bahwa kota ini sebentar lagi akan ditaklukkan.
Seluruh pasukan dan masyarakat kota itu menjadi gemetar. Akan terancamnya nasib mereka yang muncul dibalik daratan yang diubah menjadi lautan. Mental pasukan mereka pun menjadi ciut, melihat fenomena seperti itu. Dan berharap ini adalah sebuah mimpi. Tapi ini semua adalah kenyataan.
Ketika para pasukan kota itu mentalnya mulai turun. Dan pada saat itu juga para pasukam sultan sangat bersemangat. Mereka terus menggempur serangan. Mengerahkan segala cara. Menggunakan semua strategi-strategi perang. Membuat ketar-ketir pasukan musuh.
Hingga pada saat itu Sultan pun menyadari bahwa mereka sebentar lagi akan memenangkan pertempuran ini. Ia pun memerintahkan semua pasukan untuk menghentikan serangannya.
Dan semua pasukan diminta untuk berpuasa esok harinya, membaca qur'an, shalat tahajud dan terus munajat kepada Allah. Memohon pertolongan. Kerana Sultan menyadari bahwa untuk menaklukkan kota itu tidak cukup dengan strategi-strategi perang. Tapi atas do'a dan usaha mereka.
Ketika semua pasukan hanyut dalam suasana ketaatan yang luar biasa. Suasana syahdu yang menyelimuti, bagai makaikat yang mengitari mereka kala itu membungkus perasaan-perasaan mereka menjadi tenang. Begitu luar biasa kepasrahan para pasukan, yang sejatinya mereka adalah pasukan yang kuat. Tapi mereka tetap menjadikan diri mereka lemah dihadapan Allah.
"Wahai perajurit-prajurit Allah! Semuanya berkumpul!"
"Ada yang ingin saya sampaikan sebelum kita menyerang kota itu. "
Sang Sultan memberikan khutbah. Khutbah yang mampu membakar semangat para pasukan. Khutbah yang masih diingat sampai kapan pun karena getaran semangat yang terucap dari lisan sang penakluk, yang merindukan akan janji dari sebuah bisyaroh yang terpancar dalam semua aktifitasnya.
"Jika penaklukkan kota Konstantinopel sukses,
maka sabda Rosulluah SAW telah menjadi kenyataan
dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti,
maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits ini,
berupa kemulian dan penghargaan.
Oleh karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu,
bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini,
akan menambah ketinggian dan kemulian Islam.
Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan syariat selalu di depan matanya
dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syariat yang mulia ini.
Hendaknya mereka tidak menghancurkan tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja.
Hendaknya mereka jangan mengganggu para pendeta
dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran."
Seluruh pasukan, besiap-siap untuk melakukan penyerangan terakhir. Mereka kerahkan semua tenaga. Mereka kerahkan semua pasukan. Semua pemanah dan penembak pun dikerahkan dengan kemampuan terbaik.
Inilah penyerangan terakhir dari mereka. Dengan pekikkan takbir "Allahuakbar" hampir menghujani semua pasukan yang bertabur kobaran semangat ketaatan.
Dan ketika Sang mentari belum keluar dari ufuk timur. Mereka sudah masuk ke dalam kota itu. Dan mampu menaklukkan kota bersejarah itu. Akhirnya semua penantian panjang, pengorbanan begitu besar, mempertaruhkan jiwa dan raga. Semua itu telah terbayarkan dengan takluknya kota itu dan bisyaroh itu pun telah terbukti ditangannya sebagai “Panglima Terbaik” .
* * *



Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger