4
Lembar Pertama di Sekolah
Dersir
angin nan sejuk di pagi hari. Udara segar menyelimuti setiap paru-paru yang
membutuhkan oksigen. Terlihat di ufuk Timur terpancar senyuman nan elok.
Senyuman yang menyapa masyarakat
Kota
Pangkalpinang. Kilauan cahaya kekuning-kuningan terus menambah lukisan langit
menjadi semakin indah. Ini adalah hari pertama Fatih akan masuk sekolah.
Sebelumnya urusan administrasi perpindahannya telah lebih dulu diselesaikan
oleh pamannya. Fatih pun bersiap-siap untuk menjalaninya. Sebagai siswa
pindahan dari Jakarta. Yang duduk di kelas tiga. Semoga sekolah ini tidak lebih
buruk dari sekolah ia di Jakarta.
“Assalamu’alaikum.
Fatih mari keluar kita sarapan dulu.” Suara Ummi memanggil dari balik pintu
kamarnya.
“Ia
Ummi. Bentar lagi.”
“Ummi
tunggu di ruang makan ya.”
Fatih
bergegas menuju ruang makan setelah mempersiapakan segalanya. Sebenarnya ia
telah mempersiapkannya sudah dari subuh. Karena ia masih beranggapan seperti di
Jakarta. Sebagian waktu habis di perjalanan. Ia baru sadar kalau di sini sangat
berbeda jauh. Langakah kaki terus melangkah ke ruang makan. Ia melihat
pamannya, Ummi dan Fatimah telah berada di meja makan. Siap untuk menyantap
masakan Ummi yang terlihat lezat. Sungguh suasana yang jarang kurasakan.
Sarapan pagi bersama dengan keluarga.
“Fatih
mari duduk disini.” Sapa paman dari kursi tempat dia duduk.
“Baik
paman.”
“Owh
ia Fatih. Kalau bisa jangan panggil paman. Sapa saja paman dengan Abi . Sama seperti bibimu di
panggil Ummi.” Terang paman.
“Baik
Abi.” Sapaan yang mendinginkan suasana.
“Mari
dicicipi makanan orang desa. Ada Lempah
Kuning(3). Ada Lempah
darat(4).” Jelas Ummi.
(3) Lempah kuning adalah masakan lempah yang isinya terdiri dari ikan kakap
merah atau tenggiri dengan kuah yang berbumbu kunyit, cabai merah, bawang
merah, bawang putih, lengkuas dan belacan. Lempah ini memiliki kuah berwarna
kuning dan biasanya dimasukkan potongan-potongan nanas sehingga disebut juga
lempah nanas. Orang Belitung menyebutnya gangan ketarap.
(4) Lempah daret atau lempah
darat merupakan masakan khas dari Pulau Bangka. Bahan pembuatan makanan ini terdiri dari pucuk idat, talas (di Bangka disebut keladi), belacan (terasi), bawang merah, garam, dan cabe rawit (cabe kecit). Lempah daret paling lezat bila dimakan bersama
nasi dan ikan asin.
“Apa
itu Ummi? Lempah Kuning! Lempah Darat!” Heran Fatih.
“Coba
dicicipi saja dulu. Insya Allah enak.” Sambil tersenyum.
“Baik
lah Ummi.”
Fatih
mencoba masakan Ummi. ia mengambil semua makanan yang ada di meja makan. Ia
mencoba satu persatu. Dengan lahapnya ia menghabiskan makanan yang diambilnnya.
Ternyata Lempah Kuning dan Lempah Darat ini sangat lezat sekali.
Kami pun menikmati sarapan pagi ini dengan canda ria . Diselimuti rasa nikmat
kelezatan masakan Ummi. Dan keakraban yang semakin terjalin antara ia dan
keluarga Abi.
* * *
“Ayo
Fatih. Kita berangkat.” Sapa Abi.
“Baiklah
Abi. Tapi kita naik apa?” Tanya Fatih.
“Naik
speda motor mio.”
“Ok
lah kalau gitu.”
“Ummi,
Abi. Fatimah pamit dulu ya.” Sambil mencium tangan Ummi dan Abi.
“Maaf.
Fatimah naik apa ya?” Tanya Fatih.
“Naik
angkot(5) Fatih.” Abi menjawab.
“Baiklah.
Abi, Ummi pamit ya. Assalamu’alaikum.”
(5) Angkutan
umum kota
“waalaikum’salam.”
Fatimah
pun meninggalkan kami. Perlahan dia semakin jauh bergegas untuk mencari angkot.
Fatih heran apakah dia selalu pergi naik angkot? Apa karena ada saya disini,
Fatimah mengalah. Sambil berpikir paman mulai menghidupkan motornya.
“Kalo
begitu Fatih berangkat.” Mencium Ummi mengikuti Fatimah yang telah melakukan
hal itu.
“Hati-hati
ya.” Sembari tersenyum akan tingkahnya.
“Ok
kita berangkat Fatih.”
“Baik
Abi”
Motor
pun mulai melaju secara perlahan. Ia melihat kami telah keluar dari pagar rumah
Abi. Dan menuju jalan. Kami melewati kantor Timah yang tidak jauh dari rumah Abi.
Motor terus melaju lurus. Abi melaju ke arah kanan terlihat tulisan Mess 1
tepat di persimpangan itu. Sebuah rumah bergaya belanda. Ia dan Abi terus
berjalan melalui jalan utama. Setelah persimpangan tadi motor bergerak belok
kesebelah kiri. Terlihat rumah-rumah kolonial bertuliskan Mess Timah. Tak jauh
dari Mess-mess itu terdapat museum Timah. Dengan miniatur kereta api uap di depannya.
Ia memang berada di daerah penghasil Timah. Meyakinkan argumennya.
Rumah
demi rumah telah dilewati melewati ruko-ruko kecil yang berada disekeliling
jalan. Kami berhenti dilampu merah. Ia melihat disebelah kanannya betuliskan
DKT. Bangunan bergaya kolonial berwana hijau menambah kesan gagah ala tentara.
Motor kami kearah kanan. Tak jauh dari belokan ada sebuah kampus bertuliskan
PERTIBA. Kami terus melaju. Dikejauhan terlihat Gerbang bergaya minimalis
modern bercorak merah
dengan lapisan batu alam berwarna hitam. Menambah kesan gagah dan kokoh. Ia melihat
gerbang itu bertuliskan “SMK NEGERI 2 PANGKALPINANG”. Ini lah ternyata
sekolahnya yang baru. Kami masuk dan berhenti di parkiran. Abi bergegas menuju
bangunan yang berada tak jauh dari parkiran motor. Di matanya terlihat sekolah
ini begitu luas. Hiasan taman-taman yang megitari hampir disetiap sudut
bangunan. Mengarah pandangannya kesebelah kanan. Terlihat bangunan gedung
bergaya modern minimalis berlantai
dua.
Menambah kesan pertama sekolah ini sangat besar.
“Fatih.
kemari.” Sapa Abi dari kejauhan.
“Baik
Abi.” Mendekati Abi.
“Ini
Fatih siswa pindahan dari Jakarta.” Terang Abi kepada seorang ibu guru yang
berada didekatnya. Menggunakan pakaian dinas PNS. Dilengan kanan terdapat logo
Kota Pangkalpinang.
“Saya
Fatih.”
“Nama
ibu Masyanti. Panggil saja ibu Masyanti.” Jawab ibu tadi dengan tersenyum.
“Baik
bu”
“Ibu
dapat kabar
kalo Al Fatih ini siswa yang cerdas. Banyak penghargaan yang diterima.
Beberapa lomba mendapat juara satu terus ya.”
“Tidak
juga bu.”
“Ya
sudah. Ibu adalah guru BP disini, Jika ada masalah sampaikan saja.” Jelas Ibu
Masyanti yang terlihat sudah berumur kira-kira kepala empat. Sosok guru yang
memiliki dedikasi penuh. Dibalik kerudung biru yang dikenakan dan kacamatanya.
Menandakan beliau sering bercengkrama dengan buku.
“Baiklah
kalo gitu saya pamit dulu. Ada pekerjaan lain yang sudah menanti.” Jelas Abi.
“Ia
pak terimakasih.” Jawab ibu Masyanti.
“Fatih.
Abi pergi dulu ya. Jaga diri
baik-baik dan semoga senang sekolah disini. Nanti Abi
jemput, sudah tau no hp Abi?.”
“Baik.
Belum Abi.”
“Owh
catat dulu no Abi 0813 67 999 222.” Abi pun pelahan meninggalkan kami.
“Baiklah
Fatih. Biarkan ibu mengarahkanmu
ke
kelas.” Sambil mengarahkan
tangannya.
“Terima
kasih.”
Posting Komentar