Nafsiyah: Baca dan Amalkanlah Selalu Isi al-Quran Foto Acara Ramah Tamah Tokoh dan Ulama Pasca MK 2013 Babel Foto Bareng Laskar Babel dengan panitia Muktamar Khilafah 2013 GBK Galeri Foto Muktamar Khilafah 2013 Bangka Belitung Biografi Singkat Amir HIZBUT TAHRIR
Home » » Menjemput Bidadari Surga Bab 4#1

Menjemput Bidadari Surga Bab 4#1

Penulis : Unknown on Jumat, 17 Mei 2013 | 17.43


4
Lembar Pertama di Sekolah


Dersir angin nan sejuk di pagi hari. Udara segar menyelimuti setiap paru-paru yang membutuhkan oksigen. Terlihat di ufuk Timur terpancar senyuman nan elok. Senyuman yang menyapa masyarakat Kota Pangkalpinang. Kilauan cahaya kekuning-kuningan terus menambah lukisan langit menjadi semakin indah. Ini adalah hari pertama Fatih akan masuk sekolah. Sebelumnya urusan administrasi perpindahannya telah lebih dulu diselesaikan oleh pamannya. Fatih pun bersiap-siap untuk menjalaninya. Sebagai siswa pindahan dari Jakarta. Yang duduk di kelas tiga. Semoga sekolah ini tidak lebih buruk dari sekolah ia di Jakarta.
“Assalamu’alaikum. Fatih mari keluar kita sarapan dulu.” Suara Ummi memanggil dari balik pintu kamarnya.
“Ia Ummi. Bentar lagi.”
“Ummi tunggu di ruang makan ya.”
“Ya.”
Fatih bergegas menuju ruang makan setelah mempersiapakan segalanya. Sebenarnya ia telah mempersiapkannya sudah dari subuh. Karena ia masih beranggapan seperti di Jakarta. Sebagian waktu habis di perjalanan. Ia baru sadar kalau di sini sangat berbeda jauh. Langakah kaki terus melangkah ke ruang makan. Ia melihat pamannya, Ummi dan Fatimah telah berada di meja makan. Siap untuk menyantap masakan Ummi yang terlihat lezat. Sungguh suasana yang jarang kurasakan. Sarapan pagi bersama dengan keluarga.
“Fatih mari duduk disini.” Sapa paman dari kursi tempat dia duduk.
“Baik paman.”
“Owh ia Fatih. Kalau bisa jangan panggil paman. Sapa saja paman dengan Abi . Sama seperti bibimu di panggil Ummi.” Terang paman.
“Baik Abi.” Sapaan yang mendinginkan suasana.
“Mari dicicipi makanan orang desa. Ada Lempah Kuning(3). Ada Lempah darat(4).” Jelas Ummi.
(3)     Lempah kuning adalah masakan lempah yang isinya terdiri dari ikan kakap merah atau tenggiri dengan kuah yang berbumbu kunyit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas dan belacan. Lempah ini memiliki kuah berwarna kuning dan biasanya dimasukkan potongan-potongan nanas sehingga disebut juga lempah nanas. Orang Belitung menyebutnya gangan ketarap.
(4)     Lempah daret atau lempah darat merupakan masakan khas dari Pulau Bangka. Bahan pembuatan makanan ini terdiri dari pucuk idattalas (di Bangka disebut keladi), belacan (terasi), bawang merahgaram, dan cabe rawit (cabe kecit). Lempah daret paling lezat bila dimakan bersama nasi dan ikan asin.
“Apa itu Ummi? Lempah Kuning! Lempah Darat!” Heran Fatih.
“Coba dicicipi saja dulu. Insya Allah enak.” Sambil tersenyum.
“Baik lah Ummi.”
Fatih mencoba masakan Ummi. ia mengambil semua makanan yang ada di meja makan. Ia mencoba satu persatu. Dengan lahapnya ia menghabiskan makanan yang diambilnnya. Ternyata Lempah Kuning dan Lempah Darat ini sangat lezat sekali. Kami pun menikmati sarapan pagi ini dengan canda ria . Diselimuti rasa nikmat kelezatan masakan Ummi. Dan keakraban yang semakin terjalin antara ia dan keluarga Abi.
* * *
“Ayo Fatih. Kita berangkat.” Sapa Abi.
“Baiklah Abi. Tapi kita naik apa?” Tanya Fatih.
“Naik speda motor mio.”
“Ok lah kalau gitu.”
“Ummi, Abi. Fatimah pamit dulu ya.” Sambil mencium tangan Ummi dan Abi.
“Maaf. Fatimah naik apa ya?” Tanya Fatih.
“Naik angkot(5) Fatih.” Abi menjawab.
“Baiklah. Abi, Ummi pamit ya. Assalamu’alaikum.”

(5)     Angkutan umum kota
            “waalaikum’salam.”       
Fatimah pun meninggalkan kami. Perlahan dia semakin jauh bergegas untuk mencari angkot. Fatih heran apakah dia selalu pergi naik angkot? Apa karena ada saya disini, Fatimah mengalah. Sambil berpikir paman mulai menghidupkan motornya.
“Kalo begitu Fatih berangkat.” Mencium Ummi mengikuti Fatimah yang telah melakukan hal itu.
“Hati-hati ya.” Sembari tersenyum akan tingkahnya.
“Ok kita berangkat Fatih.”
“Baik Abi”
Motor pun mulai melaju secara perlahan. Ia melihat kami telah keluar dari pagar rumah Abi. Dan menuju jalan. Kami melewati kantor Timah yang tidak jauh dari rumah Abi. Motor terus melaju lurus. Abi melaju ke arah kanan terlihat tulisan Mess 1 tepat di persimpangan itu. Sebuah rumah bergaya belanda. Ia dan Abi terus berjalan melalui jalan utama. Setelah persimpangan tadi motor bergerak belok kesebelah kiri. Terlihat rumah-rumah kolonial bertuliskan Mess Timah. Tak jauh dari Mess-mess itu terdapat museum Timah. Dengan miniatur kereta api uap di depannya. Ia memang berada di daerah penghasil Timah. Meyakinkan argumennya.
Rumah demi rumah telah dilewati melewati ruko-ruko kecil yang berada disekeliling jalan. Kami berhenti dilampu merah. Ia melihat disebelah kanannya betuliskan DKT. Bangunan bergaya kolonial berwana hijau menambah kesan gagah ala tentara. Motor kami kearah kanan. Tak jauh dari belokan ada sebuah kampus bertuliskan PERTIBA. Kami terus melaju. Dikejauhan terlihat Gerbang bergaya minimalis modern bercorak merah dengan lapisan batu alam berwarna hitam. Menambah kesan gagah dan kokoh. Ia melihat gerbang itu bertuliskan “SMK NEGERI 2 PANGKALPINANG”. Ini lah ternyata sekolahnya yang baru. Kami masuk dan berhenti di parkiran. Abi bergegas menuju bangunan yang berada tak jauh dari parkiran motor. Di matanya terlihat sekolah ini begitu luas. Hiasan taman-taman yang megitari hampir disetiap sudut bangunan. Mengarah pandangannya kesebelah kanan. Terlihat bangunan gedung bergaya modern minimalis berlantai dua. Menambah kesan pertama sekolah ini sangat besar.
“Fatih. kemari.” Sapa Abi dari kejauhan.
“Baik Abi.” Mendekati Abi.
“Ini Fatih siswa pindahan dari Jakarta.” Terang Abi kepada seorang ibu guru yang berada didekatnya. Menggunakan pakaian dinas PNS. Dilengan kanan terdapat logo Kota Pangkalpinang.
“Saya Fatih.”
“Nama ibu Masyanti. Panggil saja ibu Masyanti.” Jawab ibu tadi dengan tersenyum.
“Baik bu”
“Ibu dapat kabar kalo Al Fatih ini siswa yang cerdas. Banyak penghargaan yang diterima. Beberapa lomba mendapat juara satu terus ya.”
“Tidak juga bu.”
“Ya sudah. Ibu adalah guru BP disini, Jika ada masalah sampaikan saja.” Jelas Ibu Masyanti yang terlihat sudah berumur kira-kira kepala empat. Sosok guru yang memiliki dedikasi penuh. Dibalik kerudung biru yang dikenakan dan kacamatanya. Menandakan beliau sering bercengkrama dengan buku.
“Baiklah kalo gitu saya pamit dulu. Ada pekerjaan lain yang sudah menanti.” Jelas Abi.
“Ia pak terimakasih.” Jawab ibu Masyanti.
“Fatih. Abi pergi dulu ya. Jaga diri baik-baik dan semoga senang sekolah disini. Nanti Abi jemput, sudah tau no hp Abi?.”
“Baik. Belum Abi.”
“Owh catat dulu no Abi 0813 67 999 222.” Abi pun pelahan meninggalkan kami.
“Baiklah Fatih. Biarkan ibu mengarahkanmu ke kelas.” Sambil mengarahkan tangannya.
“Terima kasih.”

Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger