Sampailah
Fatih di kelas. Ia melihat suasana ruang belajar yang nyaman. Ia pun masuk. Dan
memperkenalkan dirinya kepada teman-teman barunya. Terlihat 22 siswa-siswi
berada diruang itu. 10 orang perempuan, 12 orang laki-laki. Ketika itu pelajaran
Bahasa Indonesia yang di ajarkan oleh ibu Multidarmelis.
Ia
mengenal ibu itu karena telah duluan diperkenalkan ibu Masyanti. Keadaan
kembali hening setelah saya memperkenalkan diri. Ibu Masyanti mohon izin dari
kelas. Karena ada kerjaan yang harus segera di lakukan.
“Fatih
silahkan duduk di sana.” Sapa bu Multidarmelis sambil mengarakan tangganya
kearah bangku kosong yang terletak di meja ketiga sebelah kanan.
“Terima
kasih bu.”
Fatih
mulai duduk. Di sebelahnya duduk seorang pria tinggi. Menggunakan kacamata.
Berlesung pipit. Berambut hitam lebat. Dengan belahan rambut kekiri. Menjadikan
dirinya pria yang lumayan ganteng dengan kulit putihnya. Pelajaran pun dimulai kembali.
Semua siswa-siswi kembali fokus ke pelajaran setelah sebelumnya terfokus
kearahnya. Karena ia merasa mereka terpesona dengan pandangan pertama. Apalagi
kaum hawa. Ia merupakan sosok yang ganteng juga tinggi. Wajah campuran antara
sunda dan korea. Membuat ia memiliki wajah asia yang lebih menitik beratkan ke
paras wajah korea. Ibunya berdarah asli korea. Dan ayahnya sunda sama dengan
pamannya. Tapi pamannya menikahi gadis bangka.
“Baiklah
ibu akan menanyakan sesuatu. Siapa yang menurut kalian orang yang memiliki
gagasan-gagasan hingga sosoknya masih dikenal. Walaupun apa yang mereka gagaskan
tidak di percayai semua orang?.” Tanya ibu Multi kesemua murid.
Fatih
melihat tidak ada respon sedikitpun dari murid-murid yang lain. Ia sedikit
heran akan respon yang digambarkan mereka. Ternyata tidak lama setelah itu
terdengar suara siswa yang mengiakan untuk menjawab pertanyaan dari ibu guru.
“Saya
bu.”
“Silahkan
Alex.” Mempersilahkan muridnya menanggapi pertanyaan dari ibu. Ia adalah pria
yang duduk disebelahnya.
“Menurut saya Thomas Alfa Edison salah satunya.
Thomas adalah orang pertama yang menemukan lampu pijar. Thomas menemukan itu
dengan usaha yang sangat luar biasa. Thomas mencoba 9.998 kali percobaan. Dan
yang ke 9.999 barulah Thomas itu berhasil. Walaupun sebelumnnya dia mendapat
perkataan-perkataan sinis akan penemuannya yang tidak mungkin akan berhasil.
Tapi yang dikatakan seorang Thomas. Dengan kegagalan tersebut, saya
malah mengetahui ribuan cara yang tidak bisa digunakan untuk membuat lampu.”
Terang Alex yang direspon dengan tepuk tangan meriah
dari teman-temannya.
“Baik.
Luar biasa. Bagaimana ada yang lain? Al Fatih mau menyampaikan sesuatu.”
“Saya
bu?”
“Ia.
Silahkan Fatih.”
“Ehm
baiklah.”
“Tolong
semuanya tenang kita dengarkan pendapat Al Fatih.”
“Siapa yang tak kenal pria kaya satu ini. Dia
memiliki cita-cita yang sangat besar. Dan saat itu belum ada satupun orang yang
bermimpi akan hal itu. Dia adalah Bill Gates. Dia bercita-cita kalau komputer
akan ada disetiap rumah. Cita-cita beliau membuat orang tertawa. Kenapa ?
karena saat itu komputer besarnya seperti satu kamar besar. Bayangkan bagaimana
setiap rumah bisa memiliki komputer. Dan yang bisa memilikinya hanya
orang-orang yang punya uang saja. Tapi apa yang kita lihat sekarang. Jangankan
satu rumah, tiap kamarpun ada. Sebuah cita-cita yang bisa kita lihat buktinya
walaupun orang tersebut hanya tinggal kenangan tapi mimpinya menjadi manfaat
untuk semuanya. Dan satu hal menanggapi pernyataan Alex. Ada kata kebijakan
yang dikenang dari seorang Thomas Alfa Edison adalah.
“Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat.
Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras.”
“Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika
kesempatan bertemu dengan kesiapan.”
Saya tidak patah semangat, karena setiap usaha yang
salah adalah satu langkah maju.”
Serentak
respon tepuk tangan yang meriah dari semua murid. Ditunjukkan ke Al Fatih.
“Luar
biasa ibu sangat senang
dengan kalian.” Sembari memberikan senyuman kepada semua murid.
Bel
sekolah berbunyi tanda berakhirnya pelajaran ini. Semua murid bergegas keluar
dari kelas. Karena waktunya istirahat. Ia menjalani hari-hari pertamanya di sekolah
itu tanpa hambatan sedikit pun. Ia pun langsung berbaur dengan murid-murid yang
lain. Bahkan Alex menjadi orang yang paling dekat dengannya selama di sekolah.
* * *
Posting Komentar